25 Oktober 2011

BEDAH CERPENKU:

Jumat, 23 September 2011 pukul 20:08


Aku ingin mengabadikan cerpenku yang telah dibedah oleh teman-temanku di grup WR (Writing Revolution) yang dimoderatori oleh Mbak Yazmin Aisyah. Berbagai perasaan berkecamuk dalam hati, antara suka dan tidak suka dengan komentar teman-teman dalam menilai cerpenku itu. Suka jika mereka menilai cerpenku baik, dan tidak suka jika mereka menilai cerpenku kurang baik. Namun tentu saja aku jadi tahu letak kekurangannya. Mudah-mudahan aku semakin baik dalam membuat cerpen setelah proses "pembedahan" itu. Ini cerpennya ......




SEPTEMBER KELABU
Oleh: Puput Happy


Kami saling menatap. Potongan kertas terakhir jatuh tepat di kakinya. Matanya hilang cahaya. Kosong. Sepeti bubur kertas yang ia urai ke udara.

“Septi…” suara Pak Kohar tercekat.

“Fifi.. panggil aku Fifi!” ia menuntaskan amarahnya dan berlalu meninggalkan kelas.

Aku melihat cabikan kertas itu. Lama. Kemudian mengalihkan pandangan pada kertas yang kupunya. Sama, hanya beda bentuk. Aku masih mengisi setengahnya. Ia sama sekali tak menyentuh kertas miliknya sepanjang satu jam ini.

Apa yang salah dari lembar data diri?

Pak Kohar tak mampu berbuat apa-apa. Ia hanya menunjukkan kerutan di dahi pada seisi kelas. Ia memandang kami seolah meminta penjelasan. Dan kami hanya bisa mengalihkan tatapan pada meja.

Awalnya, Pak Kohar membagikan selembar kertas. “Tulis data diri kalian. Tak perlu ragu, tulis saja. Gambarkan pribadimu sesukanya setelah itu. Saya ingin mengenal kalian dengan cara berbeda!”

Entah dimana kesalahan permintaan itu hingga Septi membuat seisi kelas dikepung tanya. Aku menganggap gadis itu telah berbuat dosa—tepat di hari kedua kami menikmati bangku SMU dengan guru mata pelajaran berbeda.
***
Gadis itu sudah tiga kali ini tersedu. Diam-diam aku menatap Indah yang mendekatinya dari tempatku. Gadis itu menelungkupkan kepalanya seolah jajaran rak buku perpustakaan akan menimpanya.

“Septi,”

“Panggil aku Fifi!”

“Di daftar kehadiran siswa namamu Septi, bukan Fifi.” Indah menarik satu bangku di samping gadis itu.

“Aku menulis nama itu untuk yang terakhir kali.”

“Apapun, Fifi.. kamu mau dipanggil apapun aku usahakan.”

Ia tak menjawab. Indah menoleh, memberi isyarat ke arahku. Aku bisa mengartikannya seperti tanda menyerah.

Gadis itu bergerak meraih satu buku dari rak dan membukanya. Aku tahu, ia gelisah.

“Aku bisa menjadi temanmu.” Indah mengacungkan jari kelingkingnya.

“Terima kasih.” Ia menghembuskan napas membuat rambut depannya terayun.

“Mungkin Pak Kohar akan menghukumku di pertemuan berikutnya.”

“Mungkin tidak kalau kamu memberi penjelasan.”

“Indah, apa kamu pernah merasa nama adalah kutukan?” matanya kembali meneteskan air.

Kupikir Indah kehilangan suara. Ia hanya mengerjap-ngerjap menatap gadis itu. Lama. Aku kesal. Berkali-kali aku bersin agar Indah tersadar. Hanya mencari informasi saja Indah gagal. Aku merasa gadis itu membuat kasihan selain membangkitkan keinginan mendorong rak buku ke kepalanya. Aku berdiri, tapi suara tangisnya membesar, membuat petugas perpustakaan menunjukkan kami selembar kertas: Harap Tenang. Dilarang Membuat Keributan!
***
Kami menjadi orang jahat untuk pertama kali.

 Sewaktu kecil aku terbiasa mencuri uang, atau memukul anak tetangga. Tapi kesalahan karena usia tertentu bisa dimaafkan. Kali ini tidak.

Kami berjalan sepulang sekolah. Bukan jalanan menuju rumah. Aku memutuskan mengikuti gadis itu bersama Indah. Kupikir karena ia berjalan kaki, rumahnya tak jauh dari sekolah. Ternyata ia penipu. Kami berhasil dibanjiri peluh mengikuti langkahnya. Sebisanya kami membuat jarak cukup jauh agar tak terlihat.

Selain kesal yang menetes bersama keringat, aku dibuat mati kutu mendapati gadis itu memasuki bangunan yang entah bagaimana mengatakannya.

Kami menunggu sampai ia hilang di balik pintu. Dari dalam sana terdengar gaduh. Aku tersentak saat Indah membaca sesuatu di papan depan bangunan itu: Panti Asuhan Harapan Putri.

Aku merasa lemas dua kali. Kalimat-kalimat itu menjawab mengapa ia berhasil menipu kami dengan berjalan kaki. Bukan karena tempat tinggalnya dekat. Ia hanya berusaha menyatakan keadaan.

Kami menelan liur. Tak tahu harus berbuat apa. Sepanjang perjalanan pulang, aku tak berani membuka suara. Tapi gadis itu belum tuntas menjawab semua.

Mengapa ia harus dipanggil Fifi?
***
Aku tak menemukan Indah hari ini. Hanya surat. Bagaimana ia bisa terserang demam? Mungkin kejahatan kami mengikuti gadis itu dibalas Tuhan.

Aku mengeluarkan telpon genggam dari saku. Mengirimkan pesan ‘moga lekas sembuh’ dan mengirimkan pada Indah.

Aku mencari tahu siapa yang menghantarkan surat itu. Kutanyai teman sebangkunya, Husni. Ia menjawab, “Lelaki. Kakaknya mungkin.” Masalah belum tuntas, tapi keadaan imbang. Satu lawan satu. Gadis itu tiba dengan langkah tergesa-gesa. Aku harus mencari tahu lebih banyak.

“Septi, dapat salam dari Indah. Dia sakit (terkena karma mungkin usai mengikutimu).”

“Fifi.”

“Sama saja. Fifi atau Septi sama saja. Kamu malu punya nama seperti itu?”

Ia mematung seperti potret presiden yang menempel di dinding.

“Menangislah. Tak apa. Gadis wajar menangis.”

Ia melorotkan tas punggungnya. Sempat kulihat dia kesal. Namun ia tak bisa terus menerus membuatku penasaran. Aku tak sabar ingin merebut tasnya. Mencari tahu kalau saja salah satu bukunya bisa memberi jawaban. Tapi tidak mungkin. Aku berusaha tenang. Tak mau iba atau mengingat panti asuhan.

“Duniamu berbeda. Aku punya kenangan. Masalah kita selesai.” Gadis itu mendudukkan tubuhnya pelan-pelan.

Tepat ketika guru pertama memasuki kelas, sempat kudengar ia mengucapkan pertanyaan yang sama pada Indah, “Heni, apa kamu pernah merasa nama adalah kutukan?”

Aku menggeleng. Pertanyaan itu membuatku bergetar. Suaranya seperti menyimpan luka dan hendak ia bagi pada seisi kelas. Dia mengeluarkan buku dari dalam tasnya. Membuka-buka halaman. Aku tahu tak ada apa-apa di dalam sana. Setiap lembar yang ia buka kosong. Ini hari ketiga kita bersekolah. Mata pelajaran berbeda. Namun aku bisa menangkap pesan kalau perasaannya kosong seperti lembar buku itu.  Di tempat duduknya, gadis itu tenggelam bersama suara guru yang memanggil nama siswa satu persatu.
***
Sekolah hanya memberi pelajaran setengah waktu karena Jumat. Para lelaki bersiap ke mesjid dan aku sudah terserang kantuk sejak tadi. Tak ada yang membosankan selain mencerna rumus matematika yang rumit. Lebih baik pelajaran itu diganti dengan menghitung uang saja. Aku lebih cerdas menghitung uang jajan dari pada pecahan yang memecahkan kepala!

Gadis itu kian mengundang tanya. Saat bersejajar di pintu kelas, aku menimbang-nimbang untuk menariknya ke kantin. Di sana bisa saja aku memaksanya menjawab maksud ‘nama adalah kutukan'. Mungkin ia gila, karena orangtuaku mengatakan berbeda: nama adalah doa.

Lama aku berpikir, tapi kantuk mengganggu. Mungkin esok aku akan merobek mulut gadis itu andai saja ia tak mau menuntaskan rasa penasaranku. Apa yang ia tak sukai dari namanya sendiri. Aneh mengatakan nama adalah kutukan. Harusnya ia meminta ampun pada orangtuanya sesering mungkin.

Aku belum pernah menjadi peduli dengan hal remeh begini.

Indah yang tak hadir hari ini cukup membuat kelas membosankan. Anak-anak lain menyusupkan majalah mode, bergosip sembunyi-sembunyi, selagi aku nyaris mati penasaran. Teman sebangkuku cukup sibuk membuat coretan angka-angka yang tak membuat kenyang. Aku tahu, diam-diam ia juga menyimpan tanya. Ia penasaran dengan gadis itu.

Semua sudah berlalu. Kejadian selama pelajaran di kelas tadi membuat penat. Aku ingin tiba di rumah secepat mungkin. Kalau perlu hanya dengan menutup mata dan seketika berada di kamar.

Baru saja aku berpikir menghamburkan uang dengan menahan taxi, suara teriakan di jalan menghentikan niat. Aku menoleh mencari sumber suara.

Gadis itu. Ia membuat keramaian dengan suara teriakan yang mengerikan. Anak-anak yang lain terpaku. Tak ada apa-apa. Hanya gadis itu yang memekik dan sebuah truk yang berhenti di warung persimpangan.

Aku heran, hanya sebuah truk di persimpangan. Mengapa ia bisa segila itu?!

Beberapa anak berbisik-bisik usai tersadar dari keterpakuan mereka. Aku tak peduli. Aku menyimpulkan ia gila. Gadis aneh. Aku menahan taxi di jalan besar. Berlalu meninggalkan gadis itu dengan teriakannya.
***
Kejahatan Indah berlanjut. Aku tak mengerti bagaimana ia bisa senekat itu. Masih kupandangi ia dan kusimpulkan ia tak menyisakan tanda sakit sedikit pun.

“Aku berbohong, Heni. Aku penasaran dan memohon pada kakakku untuk dibuatkan surat izin.”

“Matematika ilmu pasti yang membosankan.”

“Ada yang lebih pasti daripada matematika.” Indah memainkan kukunya.

“Kamu melewatkan adegan gadis itu berteriak di jalan.”

“Tak masalah. Aku bisa menjelaskan lebih baik daripada ibu panti asuhan.”

Ucapan Indah memecah pertahananku. Aku luluh. Duduk di ruang tamu Indah. “Mungkin aku tak perlu terisak-isak seperti ibu panti.”

“Kau ke sana?”

“Pagi tadi. Karena itu surat izin menggantikan.”

Indah menceritakan tentang gadis dan tragedi orangtuanya dengan wajah menunjukkan luka.

Aku tahu, teriakan di jalan penyebab anak itu mempunyai kenangan. Orangtuanya meninggalkan kesedihan saat nyawa mereka harus berakhir dengan kecelakaan. Sebuah truk. Septi berusia 8 tahun saat itu. Mungkin mata kecilnya merekam saat kedua orangtuanya terpental dari motor sepulang kerja. Ia selalu mengingat. Truk besar di mata kecilnya. Motor ayahnya yang hancur terbarak…

Aku tak tahu, rasanya kenangan membuat ia dibayangi duka. Namun satu yang membuat penasaranku reda dan sekaligus ia benci. Bulan kematian orangtuanya, September,  sekilas seperti nama yang ingin ia ganti: Septi…
***
(Selesai)


  • Hylla Shane Gerhana Bismillah, sulit sekali mencari celah dari penulis yang hebat satu ini. di mana harusnya di pisah bukan di rangkai.
  • Hylla Shane Gerhana Moderator mohon tentukan dulu apa yang harus kita kupas?
  • Kun Sila Ananda baiklaaaaah... kita mulai dari EYD dulu yaaa ^^

    woiiiii, penontooooon... eh, para wargaaaaaa... pada kemana neh?*teriak pake toa' musholla*
  • Hylla Shane Gerhana ‎"Septi."
  • Kun Sila Ananda bagaimana dengan penggunaan dua titik (..) dalam dialog? juga penggunakan kata "dan" pada awal kalimat?

  • Yully Riswati Keren!
    Panggil aku, Ungu!
    Qiqiqiqi
  • Yully Riswati ‎'Dan' di awal kalimat, tak bermasalah.
    '..' untuk apa ya?
  • Hylla Shane Gerhana aku tadi melihat ada panti asuhan yang di tulis dengan huruf kecil, kalau melihat EYD ....Panti Asuhan.....

  • Hylla Shane Gerhana dan orang tuanya menulisnya gak di rangkai
  • Kun Sila Ananda berdasarkan arahan PP, jangan dibiasakan menggunakan titik dua (..) karena tidak ada artinya, pakai saja titik tiga (...) yang sama dengan koma (,) atau titik empat (....) yang sama dengan tanda titik (.)
  • Mardiansyah Ntx Aku heran, hanya sebuah truk
    di persimpangan. Mengapa ia
    bisa segila itu?!

    Tnda tanya dan seru, bgaimana mnurut kalian?
  • Mustika Wildasari hadir mbak Yazmin Aisyah, bentar ya mau dibaca dulu, he ^^
  • Hylla Shane Gerhana Mardiansyah Ntx, aku mengalami trauma panjang persis seperti yang di rasakan Septi
  • Futicha Turisqoh II sebenarnya aku juga suka bingung dalam menuliskan "dimana" atau "di mana", seperti pada kata "disana" atau "di sana". Memang sih, kalau menunjukkan keterangan tempat seharusnya di pisah. Tapi aku sering heran dg penggunaan kata "kemana", "keluar".... Kenapa kata2 itu dirangkai? dan aku sering memperhatikan penulisan "dimana" , "kemana", dll di cerpen2 atau novel2. Ada yg bisa bantu?
  • Hylla Shane Gerhana klo di ikuti perpindahan fisik di pisah klo gak di rangkai
  • Hylla Shane Gerhana keluar sebagai pemenang di rangkai
  • Hylla Shane Gerhana ia pergi ke luar di pisah
  • Futicha Turisqoh II kalau keluar kelas? ke luar kelas?
  • Hylla Shane Gerhana iya tul banget Nona
  • Hylla Shane Gerhana ke luar kelas
  • Yully Riswati Tanda tanya dan seru (?!) Biasa dipakai untuk mengekspresikan keheranan.
  • Futicha Turisqoh II kalau kalimat "dimana aku adalah orang yang ia cari", nulisnya "di mana" juga?
  • Futicha Turisqoh II itu untuk kalimat yg mana Mba?
  • Fatih Faith Secari pribadi, klimaksnya kurang nendang... Lalu saya kok nggak ngeh antara Indah dan Septi atau Fifi itu ya?
  • Dewi Syafrina klo yg itu "dimana".
  • Kun Sila Ananda ‎"dimana", itu semacam ungkapan bukan, gak menunjukkan tempat
  • Erpin Leader Matanya hilang cahaya. Kosong. Sepeti bubur kertas yang ia urai ke udara.
    pengandaiannya... ga mengaburkan makna ya?
    pengen tahu..
    makasi.. soalnya kadg aku dikritik sm teman.. ^_^
  • Hylla Shane Gerhana Malam dimana kita berbincang tanpa saling memandang, yup dah betul Futicha Turisqoh II, aku yang tadi kurang teliti dengan rangkaiannya
  • Yazmin Aisyah jiaaaaahhh... aq manggilnya bs sama bareng@ gini. emang sehati sm Kun Sila Ananda (sorry lekuar jalur, hehe...)

    silakan di bantai lagi EYD nya. baru setelah itu kita kupas yang lainnya. mulai dari tema, alur, setting, starting, konflik, klimaks dan ending
  • Hylla Shane Gerhana klo pengandaiannya masih bisa di nalar, artinya nanar spt memandang org yapi tanpa ekspresi
  • Yully Riswati ‎'dimana aku adalah orang yang ia cinta'
    Hahaha
  • Hylla Shane Gerhana iya Kun Sila Ananda, untuk mempertegas kalimat yang mengikutinya
  • Nurjannah Jaimbum Ngisi daftar hadir. Hee. Makasih Mbak Yaz. Tadinya aku udah mau bobo lagi

    wah, isinya bagus, ih. Buat penasaran. Eh, ternyata begitu endingnya. Hehe. Kurang mengejutkan sih. Hehe.

    Mau tidur dulu deh. Pamit, Mbak-Mbak semua :*
  • Hylla Shane Gerhana aku nulisnya kliru yapi tadi jadi klo aku ada tanda * itu membetulkan kalimat yg di atas
  • Yazmin Aisyah kata awalan "DI" dan "KE" jika menunjukkan tempat harus dipisah. selain itu disambung.

    "Dimana aku adalah orang yang kalian cari" Dimana - ditulis bersambung krna tidak menujukkan tempat
  • Hylla Shane Gerhana Semoga nanti penggunaan pleonasme bisa di minimalisasi
  • Hylla Shane Gerhana misal maju ke depan mundur ke belakang, saling menatap berdua, hujan turun, aku melihat dengan kedua mataku sendiri huftt untuk Puput Happy gak sampai kepleset
  • Fatih Faith Pleonasme, penyakit yang harus segera saya obati!
  • Kun Sila Ananda Mbak Hylla, bisa dijelaskan bagaimana tentang penggunaan pleonasme yang tidak tepat? ^^
  • Hylla Shane Gerhana Pleonasme itu fungsinya untuk menegaskan atau menjelaskan sesuatu yang sudah jelas, jadi kesannya yg muncul malah kayak di dramatisir atau di besar-besarkan saja. Ini adalah budaya yang salah kaprah klo aku njuri dah ada kata2 itu langsung aku kesampiingkan dl
  • Mustika Wildasari pleonasme itu apa mb Hylla Shane Gerhana??
  • Kun Sila Ananda Baiklaaah... apakah masalah EYD sudah beres?
    kalau sudah kita lanjutkan ke alur, tema, dsb.
    Yuuuuk, mariiiiiiiii :D
  • Hylla Shane Gerhana ‎..Pleonasme adalah majas atau gaya bahasa yang sering digunakan para penyair, sebagai bahasa sastra memang mesti indah karena bernilai konotasi”. Demikian beliau menulis dalam pesannya.

    Dalam menulis walaupun bukan penyair kadang kita menggunakan pleonasme ini. Bagi yang tidak mendalami dunia bahasa, sebenarnya mungkin pernah juga mengenal kaidah bahasa ini pada masa sekolah setingkat SMP, hanya saja karena lama tidak pernah di pelajari lagi menjadi lupa dengan istilah pleonasme ini. Termasuk penulis, yang sudah sangat lupa ini.

    Pleonasme, contohnya : -maju kedepan, mundur kebelakang, naik keatas, turun kebawah, masuk kedalam
  • Ally Jane Parker keren alurnya... menyimpan tanda tanya sampai akhir... saya terus bertanya-tanya, pengen langsung melompat ke bagian terakhir tapi tak ingin ketinggalan satu bagian pun... hehe...
  • Fatih Faith kak Hylla Shane Gerhana, untuk ngobatin jiwa2 yang terjangkit pleonasme gimana?

  • Hylla Shane Gerhana Moderator, bagaimana kalau kita mulai mengupas unsur Instrinsiknya baru Ekstrinsiknya
  • Mardiansyah Ntx Jd gmn nih? Lanjut atau msih EYD
  • Kun Sila Ananda terima kasiiiiiih pada Mbak Hylla Shane Gerhana atas penjelasannya yang lengkap mengenai pleonasme ^^
    para penulis, wajib hati-hati terhadap wabah pleonasme ini yaa :D
  • Ahmed Ghoseen Al-Qohtany sebenarnya aku juga suka bingung dalam menuliskan "dimana" atau "di mana", seperti pada kata "disana" atau "di sana". Memang sih, kalau menunjukkan keterangan tempat seharusnya di pisah. Tapi aku sering heran dg penggunaan kata "kemana", "keluar".... Kenapa kata2 itu dirangkai? dan aku sering memperhatikan penulisan "dimana" , "kemana", dll di cerpen2 atau novel2. Ada yg bisa bantu?.......... mbak Futicha Turisqoh II semua kata depannya dipisah.. kecuali "KELUAR" dan "KEMANA" itu dah aturan KBBI
  • Hylla Shane Gerhana Fatih Faith, harus pintar-pintar memanfaatkan momment yang tepat klo mau menggunakannya. Tapi lebih baik kita tidak menggunakan bahasa yang bertele-tele biar tetap crispy dan enak di baca.
  • Kun Sila Ananda Ahmed, mungkin bisa dilihat penjelasan di atas tentang penggunaan kata depan "di" dan "ke" berkaitan dengan adanya perpindahan dan tidak, dan penggunaannya sebagai kata tunjuk, atau awalan. Sebagai awalan harus digabung, sementara yang menunjukkan tempat harus dipisah. "Butiran bening keluar dari matanya." dan "Andi berlari ke luar lapangan sambil menangis."

  • Kun Sila Ananda baiklaah... bisa dimulai pembahasan mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsiknya?
  • Hylla Shane Gerhana Kun Sila Ananda, saya coba posting doc sekenanya dl sapa tahu bisa menambah jelas materi yang di tanyakan oleh AGA, antara kata depan dan fungsi yang sebagai penghubung klausa
    23 September jam 21:34 · · 1 orangMemuat...
  • Kun Sila Ananda okeee... terima kasih yaaa Mbak Hylla Shane Gerhana :D
    karena sudah semakin malam, takutnya para warga udah siap-siap molor... mari kita bahas unsur intrinsik dan ekstrinsik-nya :)
  • Kun Sila Ananda sepertinya alur cerita adalah alur maju saja, karena tidak ada flashback ke masa lalu... penggunaan sudut pandang orang ketiga yang ada dalam cerpen ini sangat bagus, karena bisa membuat pembaca penasaran... namun pada paragraf2 awal menurut saya agak membingungkan, karena tiba-tiba ada "kami" tanpa penjelasan siapa yang dimaksud "kami"
    bagaimana dengan yang lain?
  • Mustika Wildasari nyimak, stujuk mbak tolong dibahas unsur eks n ints
  • Fransiska S Manginsela Hadir,,

    1. Judul: September Kelabu
    Dari segi judul, cerpen ini sudah buat aku tertarik utk membacanya.
    2. EYD sudah dibahas, jdi aku tak membahas lagi.
    3. Alur: alurnya cukup membuat aku membaca cerpen ini secara perlahan. Supaya aku bsa mengerti maksud dari cerpen ini bgaimana. Dgn kata lain, alurnya susah ditebak. Bagus mba Puput.
    4. Ending: aku merasa endingnya dipaksakan. Memang ada hubungannya antara judul dgn ksedihan septia di bln September. Cuma kalau nama septia dihubung2kan dgn kata September kok rasanya kurang masuk ya mba pointnya? Kurang greget rasanya (maaf, kalau aku sok ngerti. Masih blajar kok mba)
    5. Utk keseluran menurut saya bagus. Sya bsa merasakan maksud dari penulis ttg cerpen ini.
    6. Mau tanya arti kata tercekat itu apa ya mba? * ada di paragraf2 awal.

    Makasih. Sukses utk sahabat2 semua.
  • Hylla Shane Gerhana untuk unsur itu akan saya bikin saja di doc tapi sayang sambil cari tema dan termasuk jenis alur apa?
  • Futicha Turisqoh II Kun Sila Ananda: "kami" yg dimaksud yaitu aku (Heni) dan Indah, yg penasaran dg sikap Septi, dan ingin mencari tahu
  • Hylla Shane Gerhana Aku setuju kalau cerpen ini menggunakan alur maju
  • Kun Sila Ananda iya, pada akhirnya terjawab Heni dan Indah, tapi karena di awal Indah tidak disebut, kukira "kami" itu "saya" dan "Septi", soalnya menurutku "kami" digunakan untuk menunjukkan gabungan "saya" dan orang ketiga, sementara Septi di paragraf2 awal disebut dengan "ia" (hehe, maap kalo sok tahu :p)
  • Hylla Shane Gerhana mbak Puput Happy, apa yang melatar belakangi Mbak menulis cerita September ini sambil saya teruskan mencari unsur instrinsik lainnya .
  • Yulia Arianti secara keseluruhan cerpennya menarik n enak (kaya' crackers)..

    saya sepakat tentang alurnya, alur maju..

    entah kenapa rasanya penasaran yg dari awal cerpen belum terpuaskan diakhirnya, biasanya kalau gangguan psikologis dr masa lalu disebabkan oleh sesuatu hal yg ekstrim,
    Kalau kecelakaan bermotor saja, rasanya seperti masih kurang tragis.. (ini sy liat dr sudutpandang psikologisnya)
  • Hylla Shane Gerhana iya biasanya hanya trauma sesaat melihat darah atau takut naik kendaraan bermotor.
  • Kun Sila Ananda bagaimana dengan konflik, setting, dan penokohan?
  • Hylla Shane Gerhana Awal ceritanya menarik, klimaksnya kurang terasa klo ending di perjelas sengan solusi mungkin akan lebih menambah pukau cerita ini
  • Kun Sila Ananda setuju dengan Mbak Hylla... cerita ini menarik, dari awal sudah terasa konfliknya, menarik juga karena membuat pembaca penasaran dan mau mengikuti jalan cerita hingga akhir. Klimaksnya kurang terlihat, menurutku karena tidak melibatkan tokoh yang bermasalah, hanya kesimpulan dari Heni dan Indah saja.
  • Hylla Shane Gerhana klo dari keselarasan agak sulit di cari kekurangannya karena penulis dah menyatu dengan EYD dan mungkin level ilmunya jauh di atas kita. Bukan Cerpen ini gak seru yang mau bedah bingung sendiri bagian mana yang ingin di kupas
  • Prima Sagita aku mau kasih aplaus dulu buat semua yang ada di postingan ini... Baik dokumennya, penulisnya, komentator, moderator, juga Hylla yang sudah banyak menyajikan bahan diskusi seputar kepenulisan..

    *maaf aku baru pulang..

    bangganya menjadi bagian dari kalian... '^___^'
  • Kun Sila Ananda salah satu hal yang saya suka dari cerpen ini adalah pada pemilihan kata yang apik. Tiap paragraf dibuka dengan tidak biasa. Sehingga menuntun pembaca untuk terus mengikuti alurnya, menikmatinya tanpa merasa bosan. Keren ^^
  • Prima Sagita Kisahnya mengalir asik... ibarat turun bukit yg samping kanan kirinya ada banyak pemandangan indah..

  • Kinoy Raomi mf bru bs hadir, bru smpe rumh ekh Mrs. Lepy ngambek pula.
    Aq stju dgn Hylla ending agk krang greget, tdinya kupikir akn dipungkas dgn ltar blakng traumatis akut kyk pelechan seksual dmasa knak2, kekerasan atau gangguan emosional yg diktahui tkoh aku dgn trlibt langsung. Tp ttp i like it mbk Happy.. Hehe;-)
    Oh iya Hylla mhon pencrahannya tntng anti klimaks ya? Mkcie
  • Kun Sila Ananda okeee... berarti harusnya jam 10 tadi ya? hehehe... Mbak Hylla, sebagai penutup mungkin bisa dijelaskan mengenai anti-klimaks yang ditanyakan Kinoy, itung-itung pertanyaan terakhir, hehe... Terima kasih ^^
  • Khadijah Anwar mb Hylla Shane Gerhana, blh tnya ga, kha mau ikut lomba JIL itu,kha udh mikirin konfliknya,tp mnrt kha msh datar...mnrut mb, konflik ap y mb yg tajam n menarik????
  • Hylla Shane Gerhana Kha tolong ceritakan dulu Genre cerpen apa yang sekarang Kha garap
  • Hylla Shane Gerhana anti klimaks itu sama saja dengan penyelesaian masalah, bagaimana membuat ending yang menarik biarin mbak Helvy Tiana Rossa aja yang akan menjawabnya.
  • Khadijah Anwar tema yg diangkt *spirit persaudaraan dan multikulturalisme*...
    kha mau buat konflik prnikahan yg beda adat,tp datar bgtga mb konflik it??? ad yg lbh greget ga mb??? hehehe
  • Kun Sila Ananda okeeee.... dengan dijawabnya pertanyaan Kinoy, maka bedah cerpen edisi 23 September 2011 resmi ditutup ^^
    Terima kasiiiiih pada semua warga atas partisipasi dan kerjasamanya sehingga acara ini berjalan dengan lancar dan aktif :D
    tunggu kesimpulan bedah cerpen oleh partner moderator saya paling imut sedunia, Yazmin Aisyah, besok yaa :D
    see you next week ^^
  • Hylla Shane Gerhana jadi masalah perbedaan kebudayaan
  • Khadijah Anwar kira2 begitu mb,,tp terlalu datar konfliknya mb..
  • misal atau masak wanita jawa yang menikah dengan pria bali, dan ikut ke bali mau bekerja keras menjadi kuli bangunan ada yang menafkahi kel menjadi tukang becak wanita. Suaminya yang merasa dah membelinya dengar mahar nikah yang mahal tingg...al ongkang kaki, jadi guide klo lagi ada klo gak ada pekerjaan berhura-hura kayak adu ayam dll. Sementara kebutuhan hidup makin menjerat mereka dengan hutang-hutang rentenir dll itu kan klimaks
  • Hylla Shane Gerhana misal pria indonesia menikah dgn wanita jepang, punya anak. Tapi anaknya gak boleh di bawa pulang tanah air. Klo bersi keras pulang maka seluruh hak atas marga anak itu pun hilang, Anaknya hrs ikut marga ibunya, atau masalah matrilineal di sumatra barat dengan patrilineal di jawa dll
  • Erpin Leader trima kasih buat semua komentator.. aku baca setiapkomentnya.. dan.. luar biasa ilmu yg tersaji di sini..
    ga nyesel dech gabung di WR. WR super abiz..
    *edisi belajar diam2..
    twing2..
  • Futicha Turisqoh II Thanx a lot utk smua komentator..trutama tim bedah cerpen yg tlh memberi ksmptn buatku.. Mdh2n naskah ini layak terbit stlh nnt kuperbaiki. Mf,smlm aq ktidurn,jd ga ikut bc komen kln smp slse..:-)
  • Yazmin Aisyah
    Maaf, baru hadir lagi. masalah teknis semalam yang tak mungkin bisa saya atasi sendiri.

    ok. mungkin kesimpulan bedah cerpen kali ini cukup ditulis di sini saja, jadi teman2 yang semalam terlewat, bisa sekalian membaca cerpennya beserta kom...entar berisi ilmu dari teman2 tanpa perlu bolak balik membuka doc.

    1.JUDUL : judul cerpen ini masuk kategori biasa saja, karena dari judulnya kita sudah tahu pasti kan ada sebuah kejadian sedih di bulan september. tapi jujur, saya tidak bisa mengusulkan judul lain yang lebih bagus karna buat judul itu termasuk bagian yang sulit bwt saya, hehehe...

    2.STARTING : ini awal cerita yang saya suka. langsung ke pokok masalah, tidak bertele2 dan mengundang rasa penasaran. sedikit mengganggu adalah kata 'kami' dlm kalimat pertama. kata itu terkesan bahwa 'kami adalah aku dan Septi, karna pada saat itu nama Indah tidak disebut2. ungkapan kata "bubur kertas' juga saya suka. tapi, apa hubungan bubur kertas dengan 'matanya yang hilang cahaya?'. bisakah mb Futicha Turisqoh II menjelaskan?

    3. SETTING. digambarkan dengan baik meski tanpa kalimat tersurat. yaitu di kelas, di jalan raya pada saat mengkuti Septi, dan rumah Indah. waktunya pada saat pelajaran berlangsung.

    4. KARAKTER TOKOH. ada kalanya tokoh "Aku" tidak menjadi pemeran utama dalam suatu cerita. jika tidak pandai menyiasatinya maka cerpen tsb akan nampak seperti laporan saja (seperti bedah cerpen edisi lalu). pada cerpen ini, kita dapat merasakan bahwa tokoh "Aku' berada ditengah2. artinya, ia tidak menjadi tokoh sentral cerpen, tapi tidak juga melulu hanya sebagai pencerita. ini yang saya sayangkan. seandainya saja tokoh'Aku/Heni' lebih banyak berperan. misalnya ia mengambil tugas Indah untuk menyelidiki, mungkin ending yang dihasilkan pun akan lebih 'nendang'
    oh ya, yang saya suka adalah penggambaran tokoh 'aku' yang jelas karakternya sebagai anak yang suka mengumpat dalam hati dan sedikit nakal. kalimat2 nya bagus. misalnya kalimat : Aku merasa gadis itu membuat kasihan selain membangkitkan keinginan mendorong rak buku ke kepalanya.
    lucu, hehehe...

  • Futicha Turisqoh II Yazmin Aisyah: pembaca bisa menggambarkan sendiri bubur kertas yang diurai ke udara dg mata kosong tanpa cahaya, keduanya sama2 tidak menarik jika dipandang. Sebenarnya pengandaian ini hanya selera penulis saja. Mungkin ada pengandaian lain yg lebih bagus dan masuk akal
  • Futicha Turisqoh II
    Hylla Shane Gerhana: cerpen ini pertama kali dibuat saat hendak mengikuti even lomba menulis tema September garapan Lily Husain, dan kebetulan ada teman saya yg memiliki nama Septi yg lahir di bulan September. Itu yg mengilhami saya bikin ...cerpen tsb. Tapi sayang, naskahnya ga lolos. Mungkin karena bikinnya terburu-buru, isi cerita jadi kurang menarik, lalu saya revisi kembali sebaik mungkin (menurut saya) sebelum dibedah. Dan hasilnya seperti yg kalian lihat. Saya belum berani mengirimkan ke media sebelum dinilai baik oleh komentator dan pembedah
  • Futicha Turisqoh II tercekat itu seperti ada makanan yg mengganjal di tenggorokan, yg membuatnya tidak bisa menelannya. Ini penggambaran saja, apabila kita mendengar sesuatu yg mengejutkan dan hampir tidak percaya, diibaratkan "tercekat" di tenggorokan
  • Mardiansyah Ntx Pesan moral yg ingin disampaikan apa ya mba Happy?
  • Hylla Shane Gerhana Makasih Jawabannya sayang itu masuk dlm unsur ekstrinsik juga
  • Futicha Turisqoh II
    Mardiansyah Ntx: lebih menitikberatkan pada sebuah nama. Apalah arti sebuah nama, kata seorang penyair ternama. Pada cerita di atas tertulis dg jelas, bahwa nama adalah doa, bukan kutukan, dan ini yg ingin disampaikan oleh penulis. Suatu k...ejadian setragis apapun tak semestinya menjadikan seseorang mjd trauma, yg hanya akan membuat kehidupannya tidak berjalan dg stabil. Ada beberapa orang, atau bahkan mungkin banyak di antara kita yg kurang menyukai namanya sendiri, dan ingin menggantinya. Pada kasus Septi, ia ingin ganti nama, tapi...... (jawab sendiri ya?) ^_^Lihat Selengkapnya
  • Yazmin Aisyah
    Mba Futicha Turisqoh II, kalo pengandian itu yang dimaksud bs diterima. tdnya saya fikir itu dibandingkan untuk memberi arti yang sama. ok, bagus. mba puput punya bakat menciptakan diksi baru yang keren. lanjutkan! ^_^

    5. KONFLIK : buat sa...ya konfliknya sdh cukup terbangun dengan baik, tdk masalah apakah itu cuma hal kecil (dalam hal ini bertemu truk). semua orang punya kadar trauma dan ketakutannya sediri2. seperti saya yang takut banget sm cicak n bintang yang mirip itu misalnya...
    ^_*

    6. ANTI KLIMAKS. ini yang disayngkan karna dalam cerpen ini tidak ada penyelesaian yang diberikan oleh penulis terhadap konflik batin Septi. dan juga sangat disayangkan cerita tentang kecelakaan orangtua Septi didapat dari cerita orang lain (Indah, kemudian Indah dari Ibu Panti). mungkin akan terasa lebih bagus jika saja cerita itu diketahui 'Aku' melalui suatu kejadian.

    7. ENDING : saya setuju dengan teman2 yang bilang kalo endingnya kurang nenadang. sangat disayangkan untuk cerpen sekualitas ini.

    8. PESAN MORAL : apa ya? yuk kita tanya mb Puput. atw sudah ada ya di atas? kl yang saya tangkap di sini adalah bahwa kita harus memahami orang lain dengan segala keadaannya. bener ga?

    Oh ya, sedikit mengganggu, kalimat : "Sewaktu kecil aku terbiasa mencuri uang, atau memukul anak tetangga. Tapi kesalahan karena usia tertentu bisa dimaafkan. Kali ini tidak."
    kata terbiasa itu kalau boleh di ganti dengan kata 'pernah' rasanya lebih manis. karna kata 'terbiasa' menandakan perbuatan itu dilakukan terus menerus karna telah menjadi kebiasaan. apalagi ada kalimat 'kesalahan tertentu... dsb...' kalo yg baca cerpen ini anak2, dikhawatirkan mereka salah persepsi bahwa perbuatan seperti mencuri uang dan memukul anak tetangga itu boleh dilakukan karana masih kecil.

    nah sekian saja tanggapan dari saya sekaligus mewakili rekan moderator saya Kun Sila Ananda. terimakasih buat mb Hylla Shane Gerhana dan semua tim bedah cerpen yang sdh repot semingguan kemarin.
    juga mohon maaf pada mba Puput Happy jika ada kata2 yang kurang berkenan.

    akhirnya, sampai bertemu dengan tim bedah cerpen minggu depan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda