Materi FLP
Sejarah
Jurnalistik dan media beserta urgensinya
Jurnalisme yang pertama kali tercatat
adalah di masa kekaisaran Romawi kuno, ketika informasi harian dikirimkan dan
dipasang di tempat-tempat publik untuk menginformasikan hal-hal yang berkaitan
dengan isu negara dan berita lokal. Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai
mengembangkan berbagai metode untuk memublikasikan berita atau informasi.
Pada awalnya, publikasi informasi itu
hanya diciptakan untuk kalangan terbatas, terutama para pejabat pemerintah.
Baru pada sekira abad 17-18 surat kabar dan majalah untuk publik diterbitkan
untuk pertama kalinya di wilayah Eropa Barat, Inggris, dan Amerika Serikat.
Surat kabar untuk umum ini sering mendapat tentangan dan sensor dari penguasa
setempat. Iklim yang lebih baik untuk penerbitan surat kabar generasi pertama
ini baru muncul pada pertengahan abad 18, ketika beberapa negara, semisal
Swedia dan AS, mengesahkan undang-undang kebebasan pers.
Industri surat kabar mulai menunjukkan
geliatnya yang luar biasa ketika budaya membaca di masyarakat semakin meluas.
Terlebih ketika memasuki masa Revolusi Industri, di mana industri surat kabar
diuntungkan dengan adanya mesin cetak tenaga uap, yang bisa menggenjot oplah
untuk memenuhi permintaan publik akan berita.
Seiring dengan semakin majunya bisnis
berita, pada pertengahan 1800-an mulai berkembang organisasi kantor berita yang
berfungsi mengumpulkan berbagai berita dan tulisan untuk didistribusikan ke
berbagai penerbit surat kabar dan majalah. Kantor berita lawas yang masih beroperasi
hingga hari ini antara lain Associated Press (AS), Reuters (Inggris), dan Agence-France Presse (Prancis).
Kesadaran akan jurnalisme yang profesional
mendorong para wartawan untuk membentuk organisasi profesi mereka sendiri.
Organisasi profesi wartawan pertama kali didirikan di Inggris pada 1883, yang
diikuti oleh wartawan di negara-negara lain pada masa berikutnya. Kursus-kursus
jurnalisme pun mulai banyak diselenggarakan di berbagai universitas, yang
kemudian melahirkan konsep-konsep seperti pemberitaan yang tidak bias dan dapat
dipertanggungjawabkan, sebagai standar kualitas bagi jurnalisme profesional.
Proses
kerja jurnalistik
Tahapan-tahapan
proses kerja jurnalistik yang berlaku dalam media cetak adalah sebagai berikut:
1.
Rapat Redaksi, yaitu rapat untuk menentukan tema-tema yang akan ditulis
dalam penerbitan edisi mendatang beserta pembagian tugas reportase.
2.
Reportase. Setelah rapat redaksi selesai, para wartawan yang telah
ditunjuk harus "turun ke lapangan" untuk mencari data sebanyak
mungkin yang berhubungan dengan tema tulisan yang telah ditetapkan
3.
Penulisan Berita. Setelah melakukan reportase, wartawan media cetak akan
melakukan proses jurnalistik berikutnya, yaitu menulis berita dengan mematuhi
asas 5 W + 1 H.
4.
Editing, yaitu proses penyuntingan naskah yang bertujuan untuk
menyempurnakan penulisan naskah.
5.
Setting dan Layout. Setting merupakan proses pengetikan naskah yang
menyangkut pemilihan jenis dan ukuran huruf. Sedangkan layout merupakan
penanganan tata letak dan penampilan fisik penerbitan secara umum. Setelah
proses ini selesai, naskah dibawa ke percetakan untuk dicetak sesuai oplah yang
ditetapkan.
Manajemen
jurnalistik
Manajemen jurnalistik sangat penting untuk membuat
proses kerja jurnalistik menjadi lebih rapi dan terarah. Sinergisasi antara
peran yang satu dengan yang lain harapannya mampu menciptakan harmonisasi
sehingga menghasilkan karya jurnalistik yang cepat dan akurat. Peran yang ada
di dalam jurnalistik antara lain: Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi, Redaktur,
Editor, Lay Outer, Produksi dan percetakan, Iklan dan Sirkulasi, Distributor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda